LPM Mayantara

LPM Mayantara

Begin Anew: Filosofi Jalak Lawu dan Jalan Baru Persika Karanganyar

Diskusi publik “Begin Anew” diadakan di Lens Kopi Karanganyar pada Jumat, 26 September 2025. Acara yang digelar 965.firm bersama komunitas lokal ini menghadirkan perbincangan tentang identitas baru Persika Karanganyar dengan narasumber dari manajemen Persika. (Foto: Fadillah Indiyuni Astuti/lpmmayantara.com)


 Penulis: Fadillah Indiyuni Astuti

MAYANTARA- Acara diskusi publik bertajuk “Begin Anew” yang diselenggarakan oleh 965.firm bersama komunitas lokal pada Jumat, 26 September 2025, di Lens Kopi Karanganyar, menghadirkan perbincangan seputar identitas Persika (Persatuan Sepak Bola Karanganyar).

Dari Singo Lawu ke Jalak Lawu

Yudistira Mansur Bayuaji, perwakilan manajemen Persika, hadir sebagai pembicara dalam podcast ini. Dalam sesi diskusi, ia menyinggung sejarah panjang Persika sejak kelahirannya pada 1965. Julukan awal Persika, yaitu Singo Lawu, dinilai tak sepenuhnya merepresentasikan klub ini.

“Penggunaan Singo Lawu sebagai julukan Persika kurang tepat dan tidak menggambarkan Karanganyar, karena di Gunung Lawu adanya macan, bukan singa,” ujar Yudistira.

Dengan pertimbangan tersebut, manajemen melakukan rebranding dengan menghadirkan logo baru yang menampilkan burung Jalak Lawu sebagai burung endemik Gunung Lawu.

Di balik pemilihan burung Jalak Lawu, terdapat makna filosofis yang kuat. Masyarakat setempat percaya bahwa apabila pendaki memiliki niat baik dan tujuan tulus, maka akan ditemani oleh burung tersebut. 

Filosofi ini dianggap lebih cocok dalam menggambarkan perjalanan Persika yang sedang bangkit dengan semangat baru.

Selain itu, perubahan visual logo dari api ke air juga menyiratkan makna bahwa Persika tidak hanya berkobar sesaat, tetapi juga tumbuh stabil dan berkelanjutan.

Diskusi Mempertegas Identitas Persika

Podcast ini bertujuan untuk mempertegas identitas Persika. Setelah vakum, Persika harus kembali dengan wajah yang lebih segar dan jati diri yang lebih jelas.

“Wajah yang lebih segar dan jati diri yang lebih jelas,” ungkap Fajar, selaku panitia penyelenggara acara dari 965.firm.

Fajar menambahkan bahwa Singo Lawu telah menjadi simbol Persika sejak awal kemunculannya pada tahun 1965. Namun, dalam perjalanannya, julukan atau simbol tersebut dianggap kurang merepresentasikan Karanganyar sehingga pada 2025 diubah menjadi Jalak Lawu.

Yudistira pun setuju dengan hal tersebut. Mempertegas identitas bukan hanya sekadar simbol, melainkan juga tentang bagaimana Persika benar-benar bisa mewakili budaya sepak bola Karanganyar.

Tantangan Membangun Animo Suporter

Meski rebranding sudah dilakukan, tantangan besar tetap menanti di depan. Salah satunya adalah membangun kembali animo suporter lokal. Persika membutuhkan dukungan publik, terutama masyarakat Karanganyar, agar budaya sepak bola dapat tumbuh.

“Persika bangkit dari vakum bukan hanya untuk berkompetisi, tetapi juga untuk menghidupkan kembali budaya sepak bola di Kabupaten Karanganyar. Dukungan suporter merupakan kunci agar klub lokal ini bisa berakar kuat di masyarakat,” tegas Yudistira.

Menyongsong Era Baru

Diskusi publik ini menjadi momentum penting untuk menyongsong era baru Persika. Identitas yang lebih jelas, simbol yang sesuai dengan budaya lokal, dan semangat membangun budaya sepak bola di Karanganyar menjadi fondasi utama perjalanan Persika ke depan.

Dengan filosofi Jalak Lawu yang akan mengawal perjalanan Persika Karanganyar, klub ini hadir bukan hanya sebagai tim sepak bola, tetapi juga sebagai representasi identitas daerah, semangat kolektif, dan harapan baru masyarakat Kabupaten Karanganyar.***



Editor: Nabila Nur K., Wulan Eka Handayani