LPM Mayantara

LPM Mayantara

Kampus Jadi Pabrik Uang Palsu: Realita atau Satir Sosial?

Toga Universitas (Foto: unsplash)


 Penulis: Dhea Ayu Azzahra dan Yuandhito Valentino Marcel Aditya Diputra

MAYANTARADalam beberapa hari terakhir, sebuah video pendek di YouTube menarik perhatian banyak orang. 

Video tersebut menggambarkan sebuah fenomena mengejutkan: kampus-kampus diduga menjadi "pabrik uang palsu", dan uang palsu ini telah menyebar luas di masyarakat. 

Meskipun tampak seperti satir sosial, konten ini memicu diskusi serius tentang kualitas pendidikan dan realitas di balik gelar akademik.

Gelar Akademik: Investasi atau Ilusi?

Kampus sering dianggap sebagai tempat yang membentuk masa depan seseorang. 

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kritik bahwa pendidikan tinggi lebih fokus pada formalitas gelar daripada peningkatan kemampuan nyata. 

Istilah "uang palsu" dalam video ini bisa dimaknai sebagai simbolisasi gelar yang tidak didukung oleh kompetensi yang memadai.

Banyak lulusan kesulitan bersaing di pasar kerja karena minimnya keterampilan praktis. 

Beberapa bahkan merasa gelar mereka hanyalah simbol tanpa nilai riil, sehingga menimbulkan pertanyaan: Apakah pendidikan tinggi masih relevan sebagai investasi masa depan atau justru menjadi alat komersialisasi belaka?

Komersialisasi Pendidikan Tinggi

Fenomena kampus sebagai "pabrik uang palsu" juga mengkritik komersialisasi pendidikan. 

Dengan biaya kuliah yang semakin mahal, beberapa institusi pendidikan tampak lebih berorientasi pada keuntungan daripada mutu pengajaran. 

Hal ini diperburuk oleh tren meningkatnya "perguruan tinggi abal-abal" yang menawarkan gelar instan tanpa proses pendidikan yang memadai.

Tanggung Jawab Semua Pihak

Sebagai institusi yang seharusnya mencetak generasi penerus bangsa, kampus memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan lulusannya kompeten dan siap menghadapi tantangan dunia nyata. 

Pemerintah, sebagai regulator, juga harus mengawasi mutu pendidikan tinggi secara ketat, termasuk menindak tegas institusi yang hanya mencari keuntungan tanpa memberikan pendidikan berkualitas.

Di sisi lain, mahasiswa juga perlu lebih kritis dan aktif dalam menuntut hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. 

Pendidikan bukan hanya tentang memperoleh gelar, tetapi juga membangun karakter, keterampilan, dan wawasan untuk masa depan.

Refleksi untuk Semua

Video satir ini mungkin hanyalah gambaran simbolis, tetapi pesan yang disampaikan sangat relevan dengan kondisi saat ini. 

Kampus sebagai tempat pembelajaran harus kembali ke tujuan utamanya, yakni mencetak individu yang kompeten, bermoral, dan siap berkontribusi bagi masyarakat.

Bagaimana pendapatmu tentang fenomena ini?

Apakah benar kampus sedang berubah menjadi "pabrik uang palsu", atau ini hanya perspektif sinis tentang dunia pendidikan?***


Editor: Nabila Nur Khasanah