Peneliti menganalis sampel darah terkait HIV/AIDS untuk memahami karakteristik virus dan metode pencegahannya. (Foto: Pixabay) |
Penulis: Mutiara Putri Pinasti
MAYANTARA- HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang melemahkan sistem kekebalan manusia. Sementara itu, AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang muncul akibat penurunan fungsi kekebalan tubuh karena infeksi virus HIV.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan bahwa kasus HIV di Indonesia masih tinggi. Hingga September 2023, diperkirakan terdapat lebih dari 500 ribu kasus HIV yang tercatat.
Jumlah Pengidap HIV di Indonesia Berdasarkan Rentang Usia, Sumber: Kementerian Kesehatan |
Menurut data Kemenkes, usia terbanyak pengidap HIV di Indonesia adalah 25-49 tahun, sekitar 69,9% dari total kasus. Diikuti usia 20-24 tahun (16,1%) dan usia >50 tahun (7,7%).
Fase Perkembangan HIV Menjadi AIDS
Ada empat fase perkembangan HIV hingga menjadi AIDS:
1. Fase I: Window Period
- Rentang waktu pembentukan antibodi HIV selama 0-6 bulan.
- Tidak terdapat gejala khusus, namun HIV terus berkembang dalam tubuh.
- Tes HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus.
- Orang dengan HIV (ODHIV) belum menunjukkan perubahan fisik dan masih dapat beraktivitas normal.
- Rentang waktu sekitar 2-10 tahun sejak terinfeksi HIV.
- ODHIV belum menunjukkan gejala terkait HIV dan masih bisa beraktivitas normal.
- Tes HIV sudah dapat mendeteksi keberadaan virus.
- Obat ARV harus dikonsumsi secara rutin untuk menekan kadar dan jumlah virus.
- ODHIV mulai menunjukkan gejala AIDS, seperti keringat berlebih pada malah hari, diare terus-menerus, flu yang tak kunjung sembuh, dan demam berkepanjangan.
- Penurunan nafsu makan yang mengakibatkan penurunan berat badan.
- Munculnya penyakit terkait HIV, seperti pembesaran kelenjar getah bening.
- Obat ARV harus dikonsumsi secara rutin.
- Sistem kekebalan tubuh sangat lemah, ditandai dengan berbagai penyakit yang menyerang bersamaan dan sulit disembuhkan.
- Infeksi oportunistik, seperti kanker kulit, jamur candidiasis pada esofagus, bronchitis, pneumonia, herpes, cytomegalovirus, infeksi otak, dan infeksi usus dapat muncul.
- Transfusi darah
- Transplantasi organ/jaringan tubuh
- Pemakaian jarum suntik yang tidak steril secara bergantian
- Hubungan seksual yang tidak aman
- A (Abstinence): Tidak melakukan hubungan seksual berisiko sebelum menikah.
- B (Be Faithful): Tetap setia pada satu pasangan.
- C (Condom): Gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual yang berisiko.
- D (Don't Use Drugs): Tidak menyalahgunakan NAPZA.
- E (Equipment): Berhati-hati terhadap peralatan yang berisiko membuat luka dan digunakan secara bergantian, seperti jarum suntik atau pisau cukur.
- Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Mencari informasi yang benar mengenai HIV/AIDS.
- Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah atau perilaku seksual berisiko.
- Mendiskusikan masalah seksualitas dengan orang tua, guru, atau ahli.
- Menghindari penggunaan NAPZA, terutama narkotika suntik, serta jarum tato atau tindik yang tidak steril.
- Tidak melakukan kontak langsung dengan darah orang yang terinfeksi HIV.
- Berhenti menggunakan NAPZA sebelum terinfeksi HIV.
- Jika tidak bisa, setidaknya hindari penggunaan narkotika suntik.
- Sebagai alternatif, bisa menjalani terapi rumatan metadon.
- Selalu gunakan jarum suntik steril dan hindari pemakaian jarum suntik bergantian.